NEWS Pangkajene Sidenreng — Pembangunan inklusif di Kepulauan Sulawesi Selatan menghadapi tantangan kemiskinan yang cukup kompleks, meskipun wilayah ini kaya akan sumber daya alam dan potensi maritim. Sebagai kabupaten yang terdiri atas wilayah daratan dan kepulauan, Pangkep memiliki karakteristik geografis yang menyulitkan pemerataan pembangunan dan akses ekonomi.

Faktor Pemicu Kemiskinan:
- Geografis terfragmentasi: Pulau-pulau terpencil sulit dijangkau, menyebabkan keterbatasan layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
- Ketimpangan akses infrastruktur: Jalan, jembatan, dan transportasi laut belum optimal menjangkau daerah terluar.
- Pendidikan dan keterampilan rendah: Banyak masyarakat bekerja di sektor informal seperti nelayan, tanpa pelatihan kewirausahaan atau teknologi.
- Minimnya investasi swasta: Kurangnya dorongan ekonomi menyebabkan laju pertumbuhan daerah berjalan lambat.
Upaya Pemerintah dan Komunitas Lokal: Pemerintah Kabupaten Pangkep telah mencanangkan sejumlah program seperti bantuan langsung tunai (BLT), program desa wisata, dan pelatihan UMKM. Namun, tantangan koordinasi antar-instansi dan keberlanjutan program masih menjadi sorotan.
Baca Juga : Memperluas Akses Layanan Kesehatan Primer melalui Pemanfaatan Layanan Telemedisin JKN Mobile
Selain itu, peran komunitas lokal dan LSM dalam membangun koperasi perikanan dan pelatihan kewirausahaan di pulau-pulau mulai menunjukkan hasil positif. Penekanan pada pendekatan partisipatif dan inklusif dianggap sebagai kunci keberhasilan jangka panjang.
Menuju Pangkep yang Sejahtera: Dengan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Pangkep berpotensi keluar dari zona ketertinggalan. Percepatan pembangunan infrastruktur terpadu, digitalisasi layanan publik, serta pendampingan intensif untuk usaha mikro menjadi langkah krusial.
Pembangunan ekonomi inklusif perlu ditopang dengan kebijakan afirmatif yang berpihak pada daerah perbatasan dan komunitas pesisir. Jika dilakukan secara konsisten, transformasi sosial-ekonomi di Pangkep bukanlah utopia.